Mahasiswa UII Cegah Demam Berdarah Dengan EWS

Merebaknya wabah demam berdarah di suatu daerah seringkali menjadi momok bagi masyarakat. Namun hal ini baru diketahui setelah anggota masyarakat terjangkit virus tersebut. Padahal wabah demam berdarah dapat dicegah sedini mungkin, sehingga anggota masyarakat terhindar dari virus yang dibawa aedes aegypti tersebut.

Upaya pencegahan demam berdarah datang dari mahasiswa Universitas Islam Indonesia (UII). Mereka mengambangkan sebuah aplikasi yang dapat memberikan peringatan dini terhadap wabah demam berdarah.

Mahasiswa tersebut adalah Billy Sabella, Mahasiswa Magister Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia (FTI UII). Billy Sabella mengembangkan sebuah aplikasi yang diberinama “Early Warning System (EWS)” yang mampu memprediksi waktu penularan penyakit demam berdarah di suatu daerah.

“Ada tiga faktor yang menjadi penyebab menularnya penyakit demam berdarah yaitu faktor host, faktor lingkungan, dan faktor perilaku. Semakin berkembangnya penyebaran penyakit demam berdarah menjadikan indikator penyebab penyebaran penyakit semakin bertambah,” kata Billy Sabella, Selasa kemarin, (09/08/2016)

Menurutnya, terdapat hubungan yang signifikan antara curah hujan, kelembaban udara, kelompok usia penderita demam berdarah dan kepadatan penduduk. Wilayah dengan curah hujan tinggi, kelembaban tinggi, wilayah padat penduduk dan jumlah kelompok usia anak-anak akan meningkatkan penyebaran penyakit demam berdarah.

Seperti yang dicontohkan dalam aplikasi Early Warning System, dengan kelembaban udara 85-87 persen dan curah hujan 3-109 mm, kasus DBD diperkirakan akan menyerang anak usia 0-4 tahun dengan kemungkinan 94 persen, dan jumlah penderita berkisar 0 -7 anak.

Lizda Iswari, dosen pembimbing Billy menambahkan, dengan aplikasi tersebut orang tua terutama yang memiliki anak usia 0-4 tahun dapat mengantisipasi penyakit DBD. Salah satu caranya adalah menjaga anak-anak agar jangan sampai tergigit nyamuk aedes agypti. Orang tua dapat mencegahnya dengan memasang kelambu pada tempat tidur anak dan memberikan lotion anti nyamuk ketika anak akan pergi bermain di luar rumah.

Izzati Muhimmah, Ketua Pusat Studi Informatika Medis mengatakan, penyakit DBD hampir selalu menjadi kasus endemik di beberapa daerah setiap tahunnya. Antisipasi maupun penanganannya sering terseok-seok sehingga harus jatuh banyak korban.

“Di masa datang, kondisi semacam itu barangkali tidak harus terjadi lagi,” katanya.

Selain itu menurutnya, dengan mengetahui perkiraan kasus DBD tersebut, dinas kesehatan atau pengambil kebijakan yang lain diharapkan bisa mengantisipasi sekaligus menangani kasus DBD secara lebih tepat.

Sumber : Jogpaper.com

Related Posts

Recent Articles

Pelaksanaan Try Out UKMPPAI CBT Program Studi Profesi Apoteker – 21 Juni 2025
21/06/2025
UNAIC Gelar Kuliah Pakar Internasional Bertema Kewirausahaan dan Transformasi Digital
18/06/2025
Lowongan Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian di Rumah Sakit Hastien Karawang
16/06/2025
Lowongan Kerja Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit Hastien Karawang
16/06/2025
Sosialisasi Uji Kompetensi Resertifikasi Bagi Perawat Yang Tidak Bekerja Lebih Dari 5 Tahun Dan Retaker Lulusan Tahun 2013-2020
16/06/2025
POMPROV Jateng 2025: UNAIC Siap Ramaikan Ajang Bola Voli Pasir di Cilacap
14/06/2025
Mahasiswa UNAIC melaksanakan kegiatan KKN Nasional dan Internasional
10/06/2025
Rektor Universitas Al-Irsyad Cilacap Secara Resmi Melepas Rombongan Mahasiswa KKN Nasional dan KKN Internasional
09/06/2025
Selamat Hari Raya Idul Adha 1446 H — Maknai Pengorbanan dan Keikhlasan di Hari yang Suci
06/06/2025
Puasa Arafah, Momen Membersihkan Dosa Setahun Yang Lalu Dan Setahun Yang Akan Datang
05/06/2025
EnglishIndonesia